SeBuaH CaTaTaN

Sekedar upaya untuk menyimpan kenangan, agar tak hilang di gerus zaman, tetap tersimpan dalam ingatan, sebagai hikmah sebuah perjalanan, dalam satu episode kehidupan ...

Kamis, 15 Oktober 2009

MeNGHaRuKaN

Reuni kemaren selain kegembiraan bertemu dengan kawan lama,
bercerita tentang nostalgia,
ada juga moment mengharukan terekam mata kamera,
ga percaya ??
Lihat saja picnya ...

BaNGSa PeNGeMiS

KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS,
LALU KALIAN PAKSA KAMI
MASUK MASA PENJAJAHAN BARU : Kata si Toni

Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri
Gara gara pewarisan nilai, sangat dipaksa tekankan
Kalian sengaja menjerumuskan kami kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat tergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara


Sudah satu keturunan jangka waktunya
Hutang selalu dibayar dengan hutang pula
Lubang itu di gali, lubang itu juga ditimbuni
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi
Kalian paksa tekankan budaya berhutang ini
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi
Karena rendah diri pada bangsa bangsa dunia
Kita gadaikan sikap bersahaja kita
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta
Kita pinjam uang mereka, membeli barang mereka
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita
Di gantung di etalase Pegadaian Dunia
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama
Kepada Amerika, Jepang, Eropa, dan Australia
Mereka negara multi kolonialis dengan elegansi ekonomi
Dan ramai ramai mereka perta kenduri
Sambil kepala kita dimakan begini
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi
Penjajahnya banyak geraknya penuh harmoni
Mereka mengerkah kepala kita bersama sama
Menggigit dan mengunyah teratur berirama

Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi
Dicengkeram kuku negara multi kolonialis ini
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Kita menjebakkan diri ke dalam kerangkeng budaya
Meminjam kepeng ke manca negara
Dari membuat peniti dua senti
Sampai membangun kilang gas bumi
Dibenarkan serangkaian teori penuh sofistikasi
Kalian memberi contoh hidup boros berasa gengsi
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri
Gaya hidup imitasi, hedonistis, dan materialis
Kalian cetak kami menjadi Bangsa Pengemis
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasa warsa
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami
Kalianlah yang membuat kami jadi begini
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini

-Taufik Ismail-

1998

Read More......

aLMaMaTeR

Masih ingat kondisi sekolah kita dulu ???? Foto foto berikut barangkali bisa membantu menyegarkan ingatan kita akan kondisi sekolah kita dahulu. Bagian depan gerbang masih tetep rame, bahkan mungkin lebih rame lagi dengan orang yang berjualan. Pasar memang pindah tumpah ruah ke jalanan ...
Kelas kita ketika duduk di bangku kelas satu berada tepat di samping WC umum siswa, sekarang ruang kelas kita sekarang menjadi ruang wakil kepala sekolah. Kelas kita ketika duduk di kelas dua dekat dengan kantin sekolah, sekarang di sekitar kelas kita itu makin banyak kios kios yang berjualan. Kelas kita ketika duduk di kelas tiga mengahdap ke area terbuka yang cukup rimbun dengan pepohonan, sekarang sudah hampir habis berganti dengan bangunan kelas dua lantai ... memang makin pengap.
Satu lagi yang paling diingat ketika kita melewati gerbang sekolah siapa yaa ?








Read More......

SeBuaH PRoLoG

Inilah salah satu catatan yang aku suka, bercerita tentang sebuah realita, tentang kisah kota tercinta, tulisan ini aku ambil dari Gores Pena Kang Yus Rustiana,
Selamat Membaca ...



CaTaTaN LiNTaS BaNDuNG
Bandung bikin aku jadi bingung
factory outlet makin tumbuh mengepung
di setiap sudut penjuru kota
sela kota serasa sudah tidak ada tersisa
buat menarik nafas sekedar lega
nikmati kesejukahan udara kota
kini hanya tinggal nostalgia semata

Lembang sudah tampak makin meradang
hutan-hutan pinus pelan hilang melayang
berganti hutan beton vila indah
meski hanya diisi mingguan saja
tanah tersisa kebun strawberry yang ada
meski sebutan semata buahnya tidak ada

Dago sudah juga melongo
hutan dimana dahulu aku bermain
telah berganti café dan kedai
berjejer menanti terisi
sayang tidak sempat dahulu
kubuat suatu prasasti ceritra hutan
di bawah air terjunnya disana

Cikapundung terasa murung
sampah-sampah kumpul menggunung
Kang Haji sendiri tidak sempat lagi
menghanyutkan sorban palidnya favorit tembangnya
mungkin dia nungguin sampah saja

Citarum tinggal pekat sebagai memikat
Bale Endah yang cantik terus dibuat gundah
banjir sudah terasa bukan lagi musibah
sudah menjadi kebiasaan setiap musim hujan
perahu-perahu laju diantara rumah

Cikutra entah masih ada jengkal tersisa
penduduk makin banyak bertumpuk
entah kelak dikuburkan dimana mereka
mungkin harus dibuat seperti rumah susun
tak sempat lagi aku lihat kuburan lagi kakeku
batu nisannya berganti nama

Cicadas selalu memberikan ide gagasan
tempat masa kecilku mulai belajar baca aksara
pedagang kaki lima kini makin banyak menjelma
hanya bisokop taman hiburan tetap saja ada
gerimis bubar jika hujan
kocar kacir berebut tempat teduh , berbagi sudut mata
agar film tetap tertonton berakhir kalimat tamat

Kiaracondong terasa makin doyong
tiap tahun aku harus hadir disina
sekedar mengajak anak-anaku
menapaki sisa-sisa jejak masa lalu
jaman perjuangan mendapatkan istriku
tetap akan selalu kuingat bunyi sinyal kereta
bangunkan lamunan agar terjaga siaga

Leuwi panjang juga meradang
kendaraan antri makin memanjang
angkot-angkot saling berebut
agar penumpang banyak terangkut
sopirnya saling bersungut-sungut
kejar mengejar setoran agar tidak surut
jika perlu adu jotos dan sikut

Alun-alun Bandung aku termenung
tidak ada lagi pohon beringin tuk cari angin
tempat berteduh mengurai peluh
sudah terasa pengap padat merayap
tidak sempat sekejap lagi kunikmati
hanya ada terasa Mesjid Agung saja
tempat dahulu terawih saat puasa

Braga mungkin masih tampak terjaga
karena disana banyak sejarah arsitektur ada
peninggalan Belanda sebagai perancang awal kota
masih cukup enak dinikmati
berjalan di tepian jalan mata blingsatan
cuci mata melihat etalase toko
termasuk lalu lalalang mojang priangan

Bandung meski buat hati bingung
tiap pelosok sudah terkepung
tapi ada tetap cinta dari sana aku ada
meski jarang kulihat lagi
setiap ubah wajahmu kini
tetap ku ingat dalam sekat benak
apa kelak nanti saat tua
aku bisa kembali kesana
jika masih ada tanah yang ada

Read More......

PeRSaHaBaTaN

PeRSaHaBaTaN tidak butuh keajaiban,
yang ada hanyalah sebuah kebersamaan,
untuk selalu terus berjalan

PeRSaHaBaTaN bukan sebuah permainan,
bukan pula sebuah ujian,
juga bukan sebuah khayalan

PeRSaHaBaTaN adalah sebuah jembatan,
untuk mencapai sebuah tujuan,

PeRSaHaBaTaN selalu mengharapkan,
semua teman memperoleh kebahagiaan,

PeRSaHaBaTaN selalu berbuah kebahagiaan,
karena persahabatan tidak pernah hilang ditelan zaman



  © Blogger template 'Grease' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP