SeBuaH PRoLoG
Inilah salah satu catatan yang aku suka, bercerita tentang sebuah realita, tentang kisah kota tercinta, tulisan ini aku ambil dari Gores Pena Kang Yus Rustiana,
Selamat Membaca ...
CaTaTaN LiNTaS BaNDuNG
Bandung bikin aku jadi bingung
factory outlet makin tumbuh mengepung
di setiap sudut penjuru kota
sela kota serasa sudah tidak ada tersisa
buat menarik nafas sekedar lega
nikmati kesejukahan udara kota
kini hanya tinggal nostalgia semata
Lembang sudah tampak makin meradang
hutan-hutan pinus pelan hilang melayang
berganti hutan beton vila indah
meski hanya diisi mingguan saja
tanah tersisa kebun strawberry yang ada
meski sebutan semata buahnya tidak ada
Dago sudah juga melongo
hutan dimana dahulu aku bermain
telah berganti café dan kedai
berjejer menanti terisi
sayang tidak sempat dahulu
kubuat suatu prasasti ceritra hutan
di bawah air terjunnya disana
Cikapundung terasa murung
sampah-sampah kumpul menggunung
Kang Haji sendiri tidak sempat lagi
menghanyutkan sorban palidnya favorit tembangnya
mungkin dia nungguin sampah saja
Citarum tinggal pekat sebagai memikat
Bale Endah yang cantik terus dibuat gundah
banjir sudah terasa bukan lagi musibah
sudah menjadi kebiasaan setiap musim hujan
perahu-perahu laju diantara rumah
Cikutra entah masih ada jengkal tersisa
penduduk makin banyak bertumpuk
entah kelak dikuburkan dimana mereka
mungkin harus dibuat seperti rumah susun
tak sempat lagi aku lihat kuburan lagi kakeku
batu nisannya berganti nama
Cicadas selalu memberikan ide gagasan
tempat masa kecilku mulai belajar baca aksara
pedagang kaki lima kini makin banyak menjelma
hanya bisokop taman hiburan tetap saja ada
gerimis bubar jika hujan
kocar kacir berebut tempat teduh , berbagi sudut mata
agar film tetap tertonton berakhir kalimat tamat
Kiaracondong terasa makin doyong
tiap tahun aku harus hadir disina
sekedar mengajak anak-anaku
menapaki sisa-sisa jejak masa lalu
jaman perjuangan mendapatkan istriku
tetap akan selalu kuingat bunyi sinyal kereta
bangunkan lamunan agar terjaga siaga
Leuwi panjang juga meradang
kendaraan antri makin memanjang
angkot-angkot saling berebut
agar penumpang banyak terangkut
sopirnya saling bersungut-sungut
kejar mengejar setoran agar tidak surut
jika perlu adu jotos dan sikut
Alun-alun Bandung aku termenung
tidak ada lagi pohon beringin tuk cari angin
tempat berteduh mengurai peluh
sudah terasa pengap padat merayap
tidak sempat sekejap lagi kunikmati
hanya ada terasa Mesjid Agung saja
tempat dahulu terawih saat puasa
Braga mungkin masih tampak terjaga
karena disana banyak sejarah arsitektur ada
peninggalan Belanda sebagai perancang awal kota
masih cukup enak dinikmati
berjalan di tepian jalan mata blingsatan
cuci mata melihat etalase toko
termasuk lalu lalalang mojang priangan
Bandung meski buat hati bingung
tiap pelosok sudah terkepung
tapi ada tetap cinta dari sana aku ada
meski jarang kulihat lagi
setiap ubah wajahmu kini
tetap ku ingat dalam sekat benak
apa kelak nanti saat tua
aku bisa kembali kesana
jika masih ada tanah yang ada

0 komentar:
Posting Komentar